Sabtu, 03 September 2016

Kerajaan Surgawi Taiping

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Surgawi Perdamaian Besar
太平天囯
1851–1864

Lambang
Secara lebih luas (merah marun) dari Kerajaan Surga Taiping.
Ibu kota Tianjing (天京)
Bahasa Tionghoa
Agama Kristen Evangelis Penyembah Tuhan
Bentuk Pemerintahan Teokrasi Kristen Heterodoks & Monarki Absolut
Raja Surgawi Perdamaian Besar
 -  1851–1864 Hong Xiuquan
 -  1864 Hong Tianguifu
Raja Selatan - Feng Yunshan,


Timur - Yang Xiuqing,


Barat - Xiao Chaogui,


Utara - Wei Changhui,


Sayap - Shi Dakai
Era sejarah Dinasti Qing
 -  Perlawanan Jintian 11 Januari 1851
 -  Gambar Nanking Maret 1853
 -  Insiden Tianjing 1856
 -  Kematian Hong Tianguifu 18 November 1864
Mata uang Harta Suci
Kerajaan Surgawi Taiping (Tionghoa: ,1 pinyin: Tàipíng Tiānguó; Hakka: Thai-phìn Thiên-koet, lit. "Kerajaan Perdamaian Besar dari Surga" atau "Kerajaan Surgawi") adalah sebuah negara oposisi di Tiongkok 1851-1864, didirikan oleh Hóng Xiùquán (洪秀全), pemimpin Pemberontakan Taiping (1850–1864). Ibu kotanya berada di Tianjing (天京, Wade-Giles: Tienching, "Ibu kota Surgawi"), sekarang Nanjing.
Memeluk Kristen, Hong Xiuquan memimpin pasukan yang menguasai sebagian wilayah Tiongkok selatan, dengan sekitar 30 juta orang. Para pemberontak kerajaan mengumumkan reformasi sosial dan penggantian kekuasaan Konfusianisme, Buddha dan agama rakyat Tiongkok dengan bentuk Kekristenan, dan memegang keyakinan bahwa Hong Xiuquan adalah adik dari Yesus dan bahwa ia bertemu Allah dan istrinya di surga. Daerah Taiping dikepung oleh pasukan Qing di hampir seluruh pemberontakan. Dinasti Qing mengalahkan pemberontakan dengan bantuan pasukan Perancis dan Inggris.

Pendiri Gerakan Kerajaan Surgawi Taiping

Gerakan Kerajaan Surgawi Taiping ini dipelopori dan dipimpin oleh Hong Xiuquan.[1] Hong Xiuquan adalah seorang petani Hakka yang terpelajar.[1] Pada tahun 1836, dua pengkhotbah Amerika dan Tiongkok memberikan Hong Xiuquan sembilan pamflet karya Liang A Fa yang berisi sejumlah tulisan mengenai pemahaman Alkitab yang berjudul “Good Words for Exhorting the Age.”[1]
Hong Xiuqan pernah bermimpi, seorang laki-laki tua yang berjanggut datang kepadanya dam memberinya pedang.[2] Laki-laki tua itu memerintahkannya untuk menghancurkan setan-setan.[2] Lalu, datanglah seorang laki-laki yang lebih muda. Hong Xiuquan memanggilnya dengan sapaan “saudara”.[2] Dalam mimpinya, “saudara” itu memaki-maki Konfusius karena tidak mengajarkan doktrin yang benar.[2]
Hong Xiuqan empat kali mengikuti tes untuk menjadi pegawai kerajaan, namun gagal.[2] Setelah ia mengalami depresi karena sudah empat kali gagal, ia mempelajari pamflet yang diberikan kepadanya tujuh tahun sebelumnya.[2] Setelah mempelajari pamflet itu, Hong Xiuquan mendapat pencerahan bagi mimpinya.[2] Bagi Hong Xiuquan, Allah Bapa identik dengan laki-laki tua berjanggut dalam mimpinya.[2] Yesus dianggap sebagai saudara laki-laki yang datang kepadanya.[2] Lalu, patung-patung dipandang sebagai setan yang menjelma dan harus dihancurkan.[2] Tidak hanya itu, ia mengklaim bahwa ia menerima mandat illahi dalam penglihatannya itu, untuk memimpin pergerakan orang-orang Tiongkok.[2] Ia harus membersihkan orang-orang Tiongkok dari dosa-dosa mereka, menyebarkan kekeliruan ajaran Konfusius, menghancurkan setan-setan dalam Budhisme, dan menggulingkan pemerintahan Manchu dari China.[2]

Proses Pendirian dan Perkembangan Gerakan Kerajaan Surgawi Taiping di Tiongkok

Pada tahun 1843, setelah Hong Xiuquan mendapat pencerahan, ia membaptis dirinya sendiri dan sanak keluarganya yang tidak setuju dengan pandangan Konfusius.[2] Lalu mereka menamakan dirinya sebagai Komunitas Penyembah Allah (God Worshippers Society).[2] Mereka berdoa dan berbicara dalam bahasa lidah. Komunitas ini menjadi benih dari gerakan Kerajaan Surgawi Taiping.[2] Pada bulan April 1844, ia dan Feng Yun pergi ke Provinsi Kwangsi untuk mengabarkan bahwa ada agama baru yang telah berdiri dan mencari pengikut.[2]
Pada tanggal 11 Januari 1851, Hong Xiuquan memulai revolusi besarnya.[2] Ia mendirikan gerakan Kerajaan Surgawi Taiping di Kwangsi.[2] Ia menyebut dirinya sebagai raja dari kerajaan itu (Tian Wang).[2] Kata “kerajaan” menunjukkan bahwa “kerajaan surga” itu datang ke bumi. Hong Xiuquan mengambil konsep biblis tentang kedatangan Kerajaan Allah. Tujuan revolusi yang dilakukan Hong Xiuquan adalah untuk menggulingkan pemerintahan Qing yang korup dan sangat menindas, sehingga tercipta suatu keadaan yang damai dan harmonis. Ideologi politik dan keagamaan Hong Xiuquan ini berbada dengan pemahaman Kekristenan tradisional. Ideologinya lebih mirip dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan politis dari masyarakat pedesaan.

Hong Xiuquan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hong Xiuquan
洪秀全
Hong Xiuquan.jpg
Memerintah 11 Januari 1851 – 1 Juni 1864
Pendahulu (tidak ada)
Pengganti Hong Tianguifu
Lahir 1 Januari 1814
Distrik Huadu, Guangdong, Qing
Mangkat 1 Juni 1864 (umur 50)
Tianjing, Kerajaan Surgawi Taiping
Anak
Hong Tianguifu, Raja Surgawi Perdamaian Besar
Hong Tianming, Raja Ming
Hong Tianguang, Raja King
Nama lengkap
Hong Xiuquan 洪秀全
Gelar dan jabatan
Raja Surgawi Perdamaian Besar
Nama dan tanggal  era/rezim
太平天囯: 11 Januari 1851 – 1 Juni 1864
Ayah Hong Jingyang
洪競揚
Ibu Wang-shi
王氏
Hóng Xiùquán (bahasa Tionghoa: 洪秀全pinyin: Hóng XiùquánWade-Giles: Hung Hsiu-ch'üan; Hakka: Fùng Siu-chhiòn; lahir 1 Januari 1814 – meninggal 1 Juni 1864 pada umur 50 tahun[1] dengan nama lahir Hong Renkun (洪仁坤) atau Huoxiu) adalah seorang Tionghoa Hakka yang memimpin pemberontakan Taiping di Tiongkok selatan. Ia menyebut dirinya sebagai "Tian Wang" (Raja Surgawi) dan saudara dari Yesus Kristus.

Daftar isi

Masa kecil dan pendidikan

Nama kecil Hong Xiuquan adalah "Hong Huoxiu", putra ketiga dari suatu keluarga Hakka yang miskin.[2] Ia lahir di desa Fuyuanshui (福源水村), Hua, Guangdong, dari pasangan Hong Jingyang (洪競揚) dan Wang-shi (王氏) pada tanggal 1 Januari 1814. Kakeknya, Hong Guoyou, adalah seorang petani, sama seperti para leluhurnya. Ia kemudian pindah ke Desa Guanlubu. Istrinya bernama Lai Xiying.
Hong menunjukkan minat dalam bidang keilmuan sejak usia dini, sehingga keluarganya melakukan pengorbanan secara finansial agar dapat menyediakan pendidikan formal baginya, dengan harapan agar suatu saat ia dapat menyelesaikan semua ujian kepegawaian sipil.[2]

Visiun dan ikonoklasme

Dalam kunjungannya ke Guangzhou untuk mengikuti ujian pegawai negeri pada tahun 1836, Hong mendengar khotbah seorang misionaris Kristen Evangelikal. Darinya Hong menerima terjemahan dan ringkasan Alkitab yang ditulis oleh Edwin Stevens dan Liang Fa, asisten Stevens (ditahbiskan oleh Robert Morrison, misionaris Protestan pertama di Tiongkok). Sepertinya Hong hanya melihat pamflet-pamflet ini secara sekilas tanpa banyak menaruh perhatian pada saat itu.[2] Tidak mengherankan jika Hong tidak lulus ujian, dengan nilai kelulusannya kurang dari 1%.[3]
Pada tahun 1837 Hong kembali menempuh ujian tersebut, tetapi ia mengalami guncangan mental ketika gagal lagi dalam ujian. Dalam proses pemulihannya pada tahun 1837, ia mengalami sejumlah mimpi yang nyata dan menakutkan, yang diartikannya sebagai visiun-visiun mistik. Dalam mimpi-mimpinya Hong dikunjungi oleh dua orang tokoh, seorang tua, dengan figur ayah, dan seorang figur kakak laki-laki.[2] Dalam salah satu mimpinya orang tua tersebut marah kepada orang-orang karena memuja setan, bukannya orang tersebut. Pada penglihatan kedua, ia melihat Kong Hu Cu dihukum karena ketidakpercayaannya, yang mana setelah itu ia bertobat. Ia juga bermimpi seorang malaikat membawanya ke surga, dan Hong bertemu dengan seseorang yang memberinya pedang dan segel magis, memerintahkannya untuk membersihkan Tiongkok dari setan. Beberapa tahun kemudian, ia membuat penafsiran bahwa hal ini berarti Allah Bapa Surgawi (yang diidentifikasikannya sebagai Shangdi seturut tradisi Tionghoa) memerintahkannya untuk membersihkan dunia dari pemujaan kepada setan.[4] Dalam rangka menyelesaikan misinya untuk membersihkan dunia dari setan, figur kakak tersebut mengganti nama Hong menjadi "Hong Xiuquan".[2] Keluarga dan teman-temannya mengatakan bahwa setelah peristiwa ini ia menjadi berwibawa, khusyuk dan badannya lebih tinggi[butuh rujukan]. Setelah gagal dalam ujian yang keempat kalinya pada tahun 1837, Hong berhenti belajar untuk ujian tersebut dan mencari pekerjaan sebagai seorang guru. Selama beberapa tahun berikutnya Hong mengajar di beberapa sekolah di daerah sekitar kampung halamannya.
Tidak sampai enam tahun Hong mengambil waktu untuk meneliti secara saksama semua traktat Kristen yang telah ia terima itu. Setelah membaca traktat-traktat ini, Hong meyakini bahwa mereka telah memberikan kepadanya kunci untuk menafsirkan visiunnya: orang tua tersebut adalah Allah, dan kakak laki-laki yang ia lihat adalah Yesus Kristus. Penafsiran ini membuatnya percaya bahwa ia adalah seorang putra Tionghoa dari Allah, dan ia adalah adik laki-laki dari Yesus. Setelah menyimpulkan hal ini, Hong mulai mengancurkan berhala-berhala dan dengan antusias memberitakan penafsirannya mengenai Kekristenan.[2]
Hong lalu mulai mempelajari agama dan membakar semua patung dan buku Kong Hu Cu dan Buddha di rumahnya, serta mulai berkhotbah mengenai visiunnya. Orang-orang pertama yang berhasil ia konversi adalah kerabatnya yang juga gagal dalam ujian mereka, dan termasuk minoritas Hakka, yaitu Feng Yunshan dan Hong Rengan. Ia bekerja sama dengan mereka untuk menghancurkan patung-patung suci di berbagai desa kecil, sehingga menimbulkan kemarahan pejabat dan warga setempat. Tindakan-tindakan Hong dan orang-orang yang hasil konversinya dipandang sebagai sakrilegi dan mereka dianiaya oleh umat Kong Hu Cu yang memaksa mereka untuk meninggalkan posisi mereka sebagai pengajar di desa-desa tersebut. Hong Xiuquan dan Feng Yunshan melarikan diri dari distrik tersebut pada tahun 1844, dan berjalan sekitar 300 mil ke bagian barat menuju Guangxi di mana banyak masyarakat Hakka jauh lebih bersedia untuk menerima ajaran-ajarannya.[4] Sebagai isyarat simbolis untuk membersihkan Tiongkok dari Konfusianisme, ia meminta dua pedang besar dengan panjang sekitar 1 meter dan berat 9 jin (sekitar 5,5 kg), yang disebut "pedang-pedang pembunuh setan" (斬妖劍), untuk ditempa.[5]

Para Penyembah Allah

Hong kemudian berkotbah di Gunung Zijing (紫荊山), di Distrik Guiping (桂平縣), kepada sejumlah besar pembakar arang. Sebagian besar dari mereka adalah kaum minoritas Hakka dan siap bergabung dengannya. Ia memberitakan suatu kombinasi antara Kekristenan, penginjilan, dan utopianisme komunal. Sambil menyatakan kesetaraan seksual, sekte tersebut memisahkan para laki-laki dari perempuan, dan mendorong semua pengikutnya untuk menyerahkan aset mereka ke dalam perbendaharaan komunal (bersama).[6] Pada akhir tahun 1840-an, Hong memiliki sejumlah besar pengikut yang disebutnya Para Penyembah Allah (God Worshippers; 拜上帝會), tetapi para pejabat setempat tetap berusaha untuk menekan gerakan keagamaan tersebut setelah kepindahannya ke Guangxi.[4]
Hong tinggal di Aula Bunga Yuan (袁氏花廳) di Shiling, Guangzhou (kr. 1845–1847), tempat di mana ia belajar, berkotbah, mengembangkan teori revolusionernya, dan menulis banyak karya terkenalnya.[7]
Pada tahun 1847 Hong belajar pada Issachar Jacox Roberts, seorang misionaris Baptis Selatan dari Amerika, yang mana selama masa tersebut ia memperoleh sebagian besar pengetahuannya tentang Kekristenan.[4] Ia secara resmi mempelajari Perjanjian Lama. Setelah Hong meminta bantuan kepada Roberts untuk membina sektenya, Roberts (karena khawatir masyarakat memeluk Kristen demi bantuan ekonomi) menolak untuk membaptisnya.[8]
Sebagian besar pengetahuan Hong Xiuquan mengenai kitab suci berasal dari buku-buku yang dikenal dengan judul "Kata-kata yang Baik untuk Menegur Zaman" karya Liang Fa, seorang pengkhotbah Tionghoa, serta sebuah Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa. Banyak misionaris Barat yang menjadi cemburu kepada Hong dan pelayanannya kepada masyarakat setempat. Para misionaris ini gemar menyebarkan berbagai rumor mengenai dirinya, salah satu contohnya yaitu bahwa ia tidak dibaptis (Hong dan sepupunya pada kenyataannya dibaptis menurut cara yang ditentukan dalam pamflet "Kata-kata yang Baik untuk Menegur Zaman").[9]

Pemberontakan dan Kerajaan Surgawi

Pada tahun 1850, Hong telah mengumpulkan sekitar 10.000 hingga 30.000 pengikut. Dinasti Qing Cina mulai khawatir dengan berkembangnya sekte tersebut dan memerintahkan mereka untuk membubarkan diri. Tentara kerajaan dikirim untuk menyerang mereka, namun gagal. Serangan penuh lalu dilancarkan pada tahun 1851. Pemberontakan meletus di kota Jintian (kini Guiping), dan Hong beserta pengikutnya berhasil memenangkan pertempuran. Ia lalu menyatakan berdirinya "Kerajaan Surgawi Taiping" pada 11 Januari 1851.
Setelah persiapan selama sebulan, tentara Taiping berhasil menembus blokade dan bergerak menuju kota Yongan (tidak sama dengan Yong'an). Kota tersebut jatuh pada tanggal 25 September 1851. Hong dan tentaranya lalu berada di Yongan selama tiga bulan. Tentara kerajaan melancarkan serangan terhadap Taiping di kota tersebut. Karena kehabisan mesiu, pengikut Hong melawan dengan pedang, dan mengepung kota Guilin. Namun, pertahanan kota Guilin terlalu kuat. Hong dan pengikutnya lalu bergerak menuju Hunan. Tentara Taiping mengalami kekalahan, namun pada Maret 1853 tentara Taiping berhasil merebut Nanjing dan menjadikannya ibukota pergerakan mereka.
Setelah gagal merebut Shanghai tahun 1860, tentara Qing, dengan bantuan Barat, mulai memenangkan pertempuran.

Kematian

Beberapa sumber menyatakan Hong bunuh diri dengan racun pada 1 Juni 1864 setelah harapan berdirinya kerajaan Taiping telah hilang. Sumber lain menunjukkan bahwa ia meninggal karena sakit.[10] Pada 30 Juli 1864, Dinasti Qing menemukan jenazah Hong. Pemberontakan Taiping akhirnya dipadamkan oleh Qing pada akhir tahun 1864.

Peninggalan

Terdapat berbagai pandangan dan opini yang sangat berbeda mengenai Hong. Kaum Komunis, di bawah kekuasaan Mao Zedong, secara umum mengagumi Hong Xiuquan dan gerakannya sebagai suatu perlawanan petani yang sah, yang mana diharapkan oleh mereka sendiri.[11] Sun Yat-sen berasal dari daerah yang sama dengan Hong dan dikatakan telah dikenali kemiripannya dengan Hong sejak masa kecilnya.[11]
Pada tahun 1959, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mendirikan museum kecil di tempat kelahirannya.

Pemberontakan Taiping

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemberontakan Taiping
Naval battle between Taiping-Qing on Yangtze.jpg
Meriam Taiping melawan kapal perang Qing yang mengepung ibu kota Kerajaan Surgawi
Tanggal Desember 1850 – Agustus 1864
Lokasi Cina Selatan
Hasil
  • Kemenangan Dinasti Qing
  • Kejatuhan Kerajaan Surgawi Taiping
  • Melemahnya Dinasti Qing
Pihak yang terlibat
Kerajaan Surgawi Taiping
Komandan
Kekuatan
1,100,000+[1] 500,000[2]
Korban


Kematian total: Setidaknya 20 juta, termasuk warga sipil dan tentara (perkiraan terbaik).[3]
Pemberontakan Taiping (Hanzi sederhana: 太平天国运动; Tionghoa tradisional: 太平天國運動; pinyin: Taìpíng Tīanguó Yùndòng) adalah suatu pemberontakan besar atau perang saudara di Tiongkok yang berlangsung dari tahun 1850 hingga 1864, yang mana merupakan pertarungan antara Dinasti Qing yang dipimpin oleh suku Manchu dan gerakan milenarianisme Kristen dari Kerajaan Surgawi Perdamaian. Pemberontakan Taiping dimulai di provinsi barat daya Guangxi ketika para pejabat setempat meluncurkan kampanye penindasan terhadap suatu sekte Kristen yang dikenal sebagai Komunitas Penyembah Allah; komunitas tersebut dipimpin oleh Hong Xiuquan, seseorang yang meyakini dirinya sebagai adik laki-laki Yesus Kristus. Peperangan tersebut sebagian besar berlangsung di provinsi Jiangsu, Zhejiang, Anhui, Jiangxi, dan Hubei, tetapi selama 14 tahun peperangan, pasukan Taiping telah memasuki semua provinsi dari Tiongkok pada umumnya selain Gansu. Peperangan tersebut merupakan yang terbesar di Tiongkok sejak penaklukan Qing pada tahun 1644, dan dipandang sebagai salah satu perang paling berdarah dalam sejarah manusia, perang saudara paling berdarah, dan konflik terbesar di abad ke-19 dengan perkiraan jumlah korban yang meninggal dunia antara 20-70 juta orang, serta jutaan lainnya tergusur dari kediamannya.[4]

Kebijakan Kerajaan Surgawi Taiping

Mereka mencoba untuk melaksanakan beberapa reformasi sosial, seperti pemisahan seks yang ketat, penghapusan tradisi mengikat kaki, sosialisasi tanah, dan "penekanan" perdagangan pribadi. Dalam hal keagamaan, kerajaan tersebut berusaha untuk menggantikan Konfusianisme, Buddha, dan kepercayaan tradisional Tionghoa, dengan suatu bentuk Kekristenan yang berpegang pada keyakinan bahwa Hong Xiuquan adalah adik laki-laki Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar