5 Raja-Raja Pengidap Gangguan Jiwa [Bag-1]
[UNIKNYA.COM] Pemahaman dan pengobatan
tentang penyakit mental sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu.
Sudah menjadi tradisi bahwa konon dahulu orang-orang yang telah dianggap
gila selalu dikurung dan pada dasarnya dibiarkan membusuk dalam kondisi
mengenaskan. Bahkan memiliki orang gila dalam keluarga dianggap hal
yang memalukan.
Tapi bagaimana jika orang yang mengidap
penyakit mental itu kebetulan menjadi orang yang paling kuat di negeri
ini? Seperti kisah tentang para raja-raja gila pada zaman dahulu berikut
ini. Dengan kegilaannya, mereka dengan bebas memilih siapapun pejabat
istana untuk dieksekusi tanpa alasan yang logis. Sementara itu negeri
yang ia pimpin jatuh dalam kehancuran. Hal itulah sebabnya tindakan dan
perilakunya dianggap memenuhi syarat sebagai ‘orang gila’ untuk orang
awam. Berikut uniknya.com menghimpun raja-raja pengidap gangguan jiwa.
1. Nabonidus of Babylon
Nabonidus adalah raja terakhir Babilon
yang memerintah 556-539 SM, dan meskipun ia tidak disebutkan dalam
Alkitab, banyak ahli percaya bahwa dia adalah raja (Nebukadnezar)
Babilon nyata yang menjadi gila dan bertindak seperti binatang. Ia
membayangkan dirinya sebagai seekor kambing, makan rumput bersama sapi.
Setelah akal warasnya pulih, ia pun kembali ke istana dengan mengganti
nama menjadi Nebukadnezar.
Banyak tulisan-tulisan Babilonia dan
teks kuno lainnya yang menyebutkan bahwa Nabonidus adalah raja
Nebukadnezar yang tidak waras. Perubahan nama Nabonidus dari
Nebukadnezar tercermin kerendahan hati dan perubahan karakter, terbawa
oleh pengalaman gila selama tujuh tahun ketika ia hidup seperti binatang
di ladang.
Namun sejarah tidak mencatat masa tujuh
tahun sebagai masa ‘gila’ Raja Nebukadnezar. Sejarawan telah tersesat
karena tertanam prasangka dan landasan terhadap ayat Alkitab sebagai
sumber sejarah.
2. King George III of England
Raja George III dianggap benar-benar
gila dan terungkap setelah ia meninggal. Sejarah menyebutkan bahwa Raja
George III kerap berperilaku aneh seperti berjabat tangan dengan pohon
karena dia pikir itu adalah King of Prussia.
Menurut diagnosis modern, Raja yang
memerintah pada 1760-1820 itu mengidap gangguan jiwa termasuk
skizofrenia, gangguan bipolar, frustasi seksual dan kelainan darah
porfiria. Porphyria dapat meniru gejala kegilaan, menyebabkan
kebingungan serta urin yang berwarna merah.
Para ahli sejarah percaya bahwa raja
benar-benar sakit jiwa berdasarkan cara ia menulis dan berperilaku.
Dalam periode “maniak” misalnya, ia kerap terserang kejang-kejang dan
kerap menulis serta berbicara berlebihan hingga mulutnya berbusa. Bahkan
dalam dekade terakhir masa hidup Raja George, Inggris sebenarnya
dijalankan oleh putranya, Pangeran Wales, yang ketika itu menjabat
sebagai wali raja.
3. Charles VI of France
Sejarah menyebutkan bahwa Charles VI
dikenal mendapat 2 gelar, “Charles Sang Terkasih” dan “Charles Gila”.
Lalu bagaimana ia mendapat kedua gelar tersebut?
Charles VI menjadi raja pada usia 11
tahun pada 1368, namun ketika itu kerajaan masih diperintah oleh
pamannya hingga Charles berusia 21 tahun. Sang paman telah merusak
keuangan negara dan menyebabkan banyak pemberontakan. Charles kemudian
mengambil alih kekuasaan dengan menyingkirkan pamannya dan memulihkan
keadaan Perancis dengan bantuan penasihat terpercaya ayahnya. Sayangnya,
periode bahagia hanya berlangsung sekitar 4 tahun sebelum ia mulai
mendapat gelar kedua.
Ketika mengejar orang yang berusaha
untuk membunuh penasihat terpercayanya, Charles menjadi yakin bahwa ia
sedang dikejar oleh musuhnya. Pada akhirnya ia membunuh beberapa ksatria
dan hampir membunuh adiknya sendiri karena dianggap musuh. Ia juga
terkadang tidak mengakui istri dan keluarganya sendiri, bahkan ia tidak
ingat bahwa dirinya adalah raja. Ia kerap pergi tanpa mandi, berlari
melewati koridor istana sepanjang waktu, dan khayalan gila paling
terkenal Charles VI adalah bahwa ia menganggap tubuhnya terbuat dari
kaca. Ia menolak untuk disentuh dan ia meminta dibuatkan pakaian
pelindung khusus untuk menjaga dia dari kehancuran.
4. Maria I of Portugal
Sama halnya dengan Charles VI, Maria I
juga punya dua gelar berbeda: “Maria Saleh” dan “Maria Gila”. Maria I
adalah ratu pertama Portugal yang memerintah atas dirinya sendiri.
Pemerintahannya dimulai pada 1777 dan berlangsung selama 39 tahun. Maria
I dianggap sebagai penguasa yang baik dan kompeten. Namun pada tahun
1786, ia mulai mengalami gangguan halusinasi akibat kematian suami dan
anaknya.
Dia menganggap dirinya terkutuk, kerap
mengomel, mengamuk, berteriak dan meratap. Berbagai cara dilakukan untuk
mengobati gangguan mental yang dialaminya, mulai dari perawatan dan
pengobatan. Namun semua pengobatan tak mampu membuat Maria I pulih,
hingga akhirnya dirinya meninggal pada 1816.
5. Justin II
Mari kita kembali ke zaman kuno dengan
kaisar gila, Justin II. Ia memerintah pada 565-578 SM dan menjadi kaisar
yang tidak sah dan dicurigai. Justin II adalah keponakan dari Justinian
I yang menjadi kaisar sebelumnya. Justin II mengklaim dirinya ditunjuk
oleh Justinian untuk menggantikan dirinya sebagai kaisar.
Pada awalnya, Justin II memiliki andil
dalam kekaisaran. Namun banyak keputusannya yang menyebabkan perang dan
pertumpahan darah. Mungkin kegagalan itu yang memicu timbulnya penyakit
mental pada dirinya.
Justin II menghabisi sisa hidupnya
dengan cara yang mengerikan. Ia pernah mencoba melemparkan dirinya dari
jendela istana, menjerit, meraung, dan mengoceh. Justin II juga terkenal
karena gigitannya yang menyakiti semua orang di istana. Pada hari-hari
terakhir sebagai Kaisar yang maniak, para pelayan memerintahkan kelompok
musik untuk bermain sepanjang waktu untuk menenangkan dirinya. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar