5 Raja-Raja Pengidap Gangguan Jiwa [Bag-2]
[UNIKNYA.COM] Pemahaman dan pengobatan
tentang penyakit mental sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu.
Sudah menjadi tradisi bahwa konon dahulu orang-orang yang telah dianggap
gila selalu dikurung dan pada dasarnya dibiarkan membusuk dalam kondisi
mengenaskan. Bahkan memiliki orang gila dalam keluarga dianggap hal
yang memalukan.
Tapi bagaimana jika orang yang mengidap
penyakit mental itu kebetulan menjadi orang yang paling kuat di negeri
ini? Seperti kisah tentang para raja-raja gila pada zaman dahulu berikut
ini. Dengan kegilaannya, mereka dengan bebas memilih siapapun pejabat
istana untuk dieksekusi tanpa alasan yang logis. Sementara itu negeri
yang ia pimpin jatuh dalam kehancuran. Hal itulah sebabnya tindakan dan
perilakunya dianggap memenuhi syarat sebagai ‘orang gila’ untuk orang
awam. Berikut uniknya.com menghimpun raja-raja pengidap gangguan jiwa
pada bagian 2.
1. Joanna of Castile
Joanna atau lebih dikenal sebagai Juana
la Loca (Joanna yang Gila) adalah ratu yang menggantikan tahta almarhum
suaminya, Philipe. Dia sangat mencintai suaminya. Saat suaminya
meninggal, kesehatan mentalnya menurun. Dia selalu membuka peti mati
suaminya selama 8 bulan, merangkul dan juga menciuminya. Ketika ia harus
pindah dari istana Burgos karena epidemi, dia membawa serta peti mati
suaminya.
2. Erik XIV of Sweden
Erik XIV merupakan raja yang dikenal
cerdas dan rajin membaca. Dalam kekuasaannya, Erik XIV sangat ambisius
dan berusaha untuk memperluas kerajaannya. Namun raja mulai menunjukan
tanda-tanda kegilaan dan kekerasan ketika saudara tirinya, Duke John,
memiliki ambisi yang sama.
Erik XIV sempat memerintahkan pembunuhan
beberapa bangsawan yang telah berkonspirasi terhadap dirinya. Tindakan
ini semakin parah dengan banyak korban dari bangsawan lainnya. Hingga
pada akhirnya kekuasaan Erik digulingkan pada 1568 dan dirinya
dipenjarakan karena dianggap gila.
Duke John menggantikan dirinya sebagai
penguasa Swedia. John khawatir bila Erik keluar dari penjara dan
memerintahkan para penjaga untuk membunuh Erik dengan memberikannya
semangkuk sup kacang beracun.
3. Christian VII of Denmark
Raja Denmark Christian VII mulai
memerintah dari 1767 hingga kematiannya pada 1808. Ia dianggap sebagai
raja yang tidak kompeten, bukan hanya karena ia senang pada kehidupan
malam liar (pesta mabuk-mabukan dengan pelacur di rumah bordil) tetapi
ia juga sering memperlihatkan perubahan suasana hati, paranoia,
halusinasi dan melukai dirinya sendiri. Beberapa peneliti modern
menyebut jika ia mengidap skizofrenia.
4. Farouk of Egypt
Raja Farouk berkuasa sejak masih muda
umur 16 tahun. Di usia nya yang belia, Raja Farouk sudah dibenci oleh
rakyatnya lantaran suka berfoya-foya dan hidup dalam kemewahan. Raja
Farouk juga dikatakan memiliki gangguan mysophobia. Ia hanya mengendarai
mobil berwarna merah dan melarang orang lain untuk mengendarai mobil
dengan warna yang sama. Ia juga pernah menembak ban pengendara lain yang
coba menyusulnya di jalan.
Saat makin dewasa, Raja Farouk juga
dikatakan mengidap kleptomaniak, dimana ia sering mencuri barang-barang
ketika membuat kunjungan-kunjungan resmi, termasuk pedang istiadat Shah
Iran dan jam kantong berharga milik Winston Churchill. Raja Farouk juga
merupakan pencopet yang handal dan turut mencuri dari rakyat biasa
sehingga dia dijuluki “Pencuri dari Kairo”.
Akibat tuduhan penyalahgunaan kuasa dan
kekalahan Mesir pada Perang Arab-Israel 1948, Raja Farouk digulingkan
dalam kudeta militer pada 23 Juli 1952 pimpinan Gamal Abdul Nasser, yang
memaksa Farouk untuk turun takta dan disingkirkan ke Monako, di mana
Raja Farouk 1 tinggal untuk sisa hidupnya.
Setelah Farouk tersingkir, ia terus
hidup dengan gaya hidup yang mewah dan ketagihan mengumpulkan harta
benda. Kesukaannya menyantap makanan lezat menyebabkan Raja Farouk
menjadi gemuk hingga mencapai 140 kg. Pada 18 Maret 1965, Raja Farouk
meninggal karena serangan jantung. Ia meninggal di meja makan setelah
mengkonsumsi makan malam besar, selusin tiram, lobster thermidor, dua
porsi domba panggang dengan kentang goreng, dan beberapa hidangan besar
pencuci mulut.
5. Zhu Houzhao, Emperor Zhengde
Penguasa gila yang terakhir dalam
sejarah ialah kaisar China, Zhu Houzhao. Ia merupakan kaisar ke-10 dari
Dinasti Ming, yang mengganti namanya menjadi Zhengde ketika naik tahta
pada 1505.
Tidak seperti ayahnya yang bijak,
Zhengde dikatakan sebagai kaisar Ming yang bermoral paling bejat.
Sebagai kaisar, Zhende sama sekali tidak tertarik dalam urusan negari
dan memanfaatkan kekuasaan demi menyalurkan hasratnya pada wanita.
Zhengde senang mengumpulkan para selir, mengambil wanita di jalan, dan
menyimpan pelacur di istana kerajaan. Bosan dengan wanita-wanita di
istananya, dia memerintahkan wanita-wanita dari Asia Barat dan Tengah
dibawakan untuknya. Setelah merasa jenuh dengan mereka, dia
memerintahkan wanita-wanita dari rumah pejabat-pejabatnya dibawa
padanya.
Selain dikenal sebagai kaisar yang gila
wanita, Zhende juga dikenal sebagai kaisar yang sadis. Bagi siapapun
yang menentang dan mempertanyakan perilakunya yang nyeleneh akan
diasingkan dan bahkan dibunuh. Zhengde mengadopsi 100 anak angkat yang
semuanya diberi marga Zhu. Melalui mereka dia bertindak sewenang-wenang,
menyita tanah-tanah petani, memeras rakyat dan membangun banyak istana
untuknya. Ia juga mempercayai pejabat-pejabat korup sehingga situasi
politik pada masa itu sangat kacau karenanya. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar